Review Buku 2

Stop Perundungan

   

Sudah seyogyanya setiap anak, remaja, tumbuh dalam lingkungan yang aman dan nyaman. Mendapat dukungan dari keluarga, teman-teman, guru, serta lingkungan sekitar. Namun, mirisnya banyak berita bahkan yang kita saksikan atau kita sendiri pernah mengalami “Perundungan (Bullying)”.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyoroti perilaku ini dengan menerbitkan sebuah buku “Stop Perundungan”. Dalam buku ini remaja, orang tua guru dan masyarakat  diingatkan kembali bahaya dari perundungan terhadap perkembangan karakter dan psikis remaja. Tanpa kita sadari sebuah tindakan kita mungkin saja sudah mengarah pada perundungan.  Ternyata  50% siswa pernah mengalami perundungan di sekolah (UNICEF, 2015).

Perundungan atau bullying adalah perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal, fisik, ataupun sosial di dunia nyata maupun dunia maya yang membuat seseorang merasa tidak nyaman, sakit hati dan tertekan baik dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok. Perundungan tidak saja dalam bentuk kekerasan fisik, tapi juga dalam bentuk verbal bahkan pergaulan sosial.

Namun, seiring berkembangnya teknologi , perundungan pun kini menjelajah dalam dunia maya. Alangkah mirisnya, perkembangan remaja saat ini harus diwarnai dengan tindakan perundungan.

Kemdikbud kembali menekankan bahaya yang akan dialami oleh korban perundungan. Korban perundungan akan berdampak pada perkembangan emosi sehingga menurunkan prestasi akademik maupun nonakademik. Selain itu, kehidupan social korban perundungan pun turut terganggu sehingga menjadi pribadi yang tidak percaya diri.

Buku ini mengingatkan kembali kita sebagai bagian dari masyarakat sudah sewajarnya mmendukung proses perkembangan remaja. Pada dasarnya , kemdikbud ingin menciptakan lingkungan yang nyaman, aman bagi perkembangan remaja itu sendiri. Wajar saja buku ini sudah selayaknya dibaca oleh para remaja. Tak hanya disitu, sebagai bagian yang turut mendukung perkembangan remaja, buku ini juga membuka pemahaman bagi orangtua, guru dan masyarakat bahwa tindakan perundungan mungkin saja pernah kita lakukan. Sadar atau tidak sadar bisaa saja orang-orang yang harusnya mendampingi proses perkembangan remaja justru menjadi pelaku perundungan itu sendiri.

Selanjutnya kemdikbud menjelaskan mengapa perundungan bisa terjadi. Apa yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku perundungan dan siapa saja yang mungkin bisa menjadi korban perundungan. Apa yang harus dilakukan ketika kita menjadi korban perundungan.

“Jangan menjadi penonton”,  Kemdikbud memberikan pesan yang membuka hati setiap orang untuk berani menghentikan  tindakan perundungan. Melihat perundungan namun tidak melakukan apa-apa justru membuat tindakan perundungan itu semakin tumbuh dan berkembang. Marilah menjadi Upstanders,  melakukan tindakan berempati ketika melihat perilaku perundungan untuk mengurangi derita korban perundungan. Ayo dukung teman yang mengalami perundungan. Dekati dan tanyakan kondisi temanmu. Tawarkan apa yang dia butuhkan.

Sebagai kalimat penutup , kemdikbud memberikan pesan kepada pembacanya untuk berani menghentikan tindakan perundungan. Bersama kita hentikan perundungan dan semai persahabatan.