“Putih”
Romaku
menggigil tegak
Ketika
ku dapati
Pucat
pasi wajah dinginmu
Putih
tak berona
Ingin kulumuri tinta emas
Tapi luntur sebelum melekat
Ku coba warna biru
Namun pudar ketika hitam merangkul
Lalu
kubasuh dengan merah
Biar
membara, batinku
Nyatanya
membakar dengan sekejap
Hingga
hangus bersama debu
Hanya abu-abu yang tersisa
Seperti tak hendak ku torehkan
Romaku
menggigil tegak
Ketika
kudapati
Pucat
pasi wajah dinginmu
Kini
hitam tak berona


Tidak ada komentar:
Posting Komentar